'Sua Semesta'
Sua semesta... sinopsis hikayat ketika aku menelan ajar dari bintang-bintang dan jarak cahaya
Hasil tuai ego aku singkirkan, rambah kelana aku letakan, bahwa dengan pertimbangan; ketika ramalan tak terelakan dan euforia menjadi kambuhan, ingatan kematian akan terpalingkan
Aku yang pernah digubah sikap oleh majikan perasaan
Serta memanen lumbung-lumbung ketakutan
Paranoid delusional ketika aku terlelap pada liang tanpa dikenal
Di sanalah letak terali berasal, yang aku terkurung dalam dengan harga diri habis terjual
Maka kini aku singkirkan segala penat pada padepokan syahwat
Dan berbicara pada banyak mata di cahya sirius, bentang bima dan andromeda
Nila-nila supernova dan kilau sinar gamma
Mencakup lengan-lengan semesta
Dari selatan hingga ujung utara
Aku mencoba meresap dan menelan segala umpama, literasikan bintang-bintang dan tulisan-tulisan bijak pada setiap anjangsana
Hasil raup wajah aku tinggalkan, pencarian pada tanah tanpa pijakan, aku mati sebagai sebuah perbedaan
Terlahir baru sebagai pengecualian, pada malam tanpa pagut rumbai hujan, namun dingin selayak puncak hamparan
Terdiam pada palung spektrum warna, pada tindak okupasi; okupasi sendirian
Termenung dan mempertanyakan
Kepada mayat-mayat yang bergelimpangan, mayat-mayat masa lalu dan kulit-kulit yang tergantikan oleh pigmen-pigmen penalaran
Masa lalu adalah inang masa depan, sehingga biar kini rawat akar-akar pepohonan, supaya berbuah keselarasan...
Setelah berkutat wicara; pada malam sua semesta
Aku menyadari; bahwa medan terbaik adalah menjadi hakim pada persepsi diri, menjadi pengadilan pada pertimbangan dan menanam ingatan pada kematian.
AL, 19/11/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar