'...dan Cerita Yang Dihabiskan Sendiri'
Kupandangi baringmu..
Berdiri senyap... menatap entah, menatap segala kesah yang kuucap dalam bisikan resah
Yang kulihat sekedar tangisan..
Dari setiap karib dan yang menyapa kenangan
Dari raut bertopeng senyuman...
Kau tuduh setiap kecewaku, anggap benih harapan
Jelas aku tak menerima...
Ku kira tawa yang kau suguhkan menasbihkan makna...
Kan' hadir setiap masa..
Ternyata lepas begitu saja, kan' pergi beranjak pada mancapada
Kupegang erat tanganmu.. kukira kan lama, meski yang ku tahu takkan selamanya...
Tuhan, jika memang sudah datang waktu yang terjanji..
Waktu yang hantarkan Ia tuk kembali...
Maka kumohon...
Biarkan saja ku tawar diri..
Kerana yang ku takutkan nanti
Akan setiap cerita yang kau ukir, kala ku tatap mata yang kini tak tajam lagi
Akan setiap masa yang tlah' terlalu lama terlewati..
Dan memori yang kutanam dalam aliran nadi..
Bagaimana jika di sana tak pernah ada alam abadi?
Sayang..
Sudah kuungkap suratmu...
Kalimah yang setiap malam kau tunjukan..
Tulisan yang selalu ku benci..
Yang kuharap takkan pernah terjadi..
Catatan tentang perpisahan..
Dan harapan pada alam mimpi...
Kau ujar segala cerita.. tentang kita di masa yang indah dengan segala angan dan asa
Meski memang lama sudah kau pahami... dalam retorika yang kau hantar dalam kenang
Cerita yang akhirnya dihabiskan sendiri.. sementara kau pergi dengan tenang
Ku hanya berharap, kala kau sampai, pada waktu ketika kau tenggelam dalam gelap...
Tak sampai pada kalimat ibarat.. ku hancur dalam bayang tanpa isyarat
Tuhan, jika kau hendaki apa yang memang mesti terjadi...
Ku pintakan apa yang semenjak dulu ku ingini... yang acap kali ku bawa dalam mimpi
Sebab khawatir menawanku dalam sepi...
Jika apa yang terjadi...
Tentang alam terjanji
Sekedar utopia tiada bukti
Sayang....
Kini waktu yang menjemputmu...
Perlahan datang
Berjalan dalam waktu, dan penantian kini meradang
Kau selalu berujar tentang masa yang kan' datang...
Tapi sayang...
Pada akhirnya cerita yang lama tlah kita karang...
Kuhabiskan sendirian...
Gadisku...
Kini cukupkan waktu...
Kuhantar dalam senyum seperti apa yang kau mau..
Gadisku menutup senja...
Menutup rahim cerita pada tatap dua bola mata..
Gadisku lekas pergi...
Sementara apa yang meski dihadapi,waktu yang pasti terjadi...
Dan setiap tawa kini kutulis tanpa melodi...
Dan cerita yang pada akhirnya ku habiskan sendiri.
AL, 12/3/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar