Rabu, 25 Maret 2020

'Menepi'

Kekecewaan adalah titik pasti, ketika engkau bermain api di ladang marjinal dan orang-orang yang merangkak demi sesuap nasi
Nadir adalah rembulan getir, yang menyinari orang muda dengan encernya bibit pikir
Tetapi pantas saja, bahwa ada gelandangan yang tak buka suara, sebab suaranya dipakai sebagai topeng cari muka
Orang-orang muda riang gembira dengan kepulan dari kobaran ban bekas dan spanduk orasi bebas ganja
Ada yang mengatakan bahwa demi kebenaran mereka telanjang dada
Ada yang mengatakan bahwa demi menjual nama dan kriteria mereka rela masuk penjara
Ada yang demikian hingga ada yang pulang tinggal nama; kera-kera mendominasi, dan dunia adalah medan drama
Semua sama saja, tujunya nafsu dan tak dapat dipercaya

Semua akan bermain merpati sebagai pemberi kabar
Dengan mengatakan bahwa "Aku adalah orang terkini"
Dengan mengatakan bahwa "Aku adalah orang terdahulu"
Dengan mengatakan bahwa "Aku Harry Houdini"
Dengan mengatakan bahwa "Aku adalah ini itu"
Dengan menasbihkan bahwa lain jalan adalah salah arah
Dengan menanamkan nilai bahwa "Aku adalah lumrah"

Maaf, aku menepi, karena kamu bukan orang-orang trotoar
Maaf, aku menepi, karena kamu bukan orang-orang lampu merah
Maaf, aku menepi, karena kamu bukan orang-orang sehat
Yang enggan rehat demi dijuluki juru selamat
Orang yang rela menjabat dalam kandang penjilat
Bukankah beruntung pula, sebab rahimmu bukan rahim mereka
Sehingga ketika engkau tahu mereka lapar, engkau buat kebijakan yang ditatar untung, bukan buat asupan yang diantar lumbung

Maaf, aku menepi, sebagai seorang tanpa bendera
Menjadi manusia sebagai beban dunia, dan pembuat perkara
Menjadi pembohong dan pendusta
Menjadi pembela dan pengacara
Yang membela lumpur dan bersaksi atas guguran abu neraka.

AL, 31/12/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan