'Lulabi'
Dua muka padu meratakan tanahnya
Dua muka pergunakan metafora, dan berujar seenaknya
Mereka mengisi magazin dengan mesiu bestari
Dari hasil doktrin dan meraup simpati
Mereka berderap langkah supaya merasuk menguasai...
Mereka menoleh hanya kepada pengkultusan...
Yang kemudian telaahnya disalah artikan
Ingkar dan mungkar...
Tiada sungkan tiada sukar
Mereka menyumbang harta permata
Menyumbang kelakar dan menimbun kayu bakar
Simbiosis diikat perjanjian
Dan kemarin hari asap membumbung tinggi bagai tanpa batasan...
Domba-domba berlarian
Dan pucuk tahta tertawa kegirangan
Ini menarik dan menambah intrik
Panggung orkestra dari rumah bertudung arsenik
Paduan suara ular derik
Riuh berbisik
....
Kita hidup dalam tata dunia
Pintunya berterali...
Tepian dindingnya tak berjendela
Sementara penjara sendiri ialah kesadaran... dan tindas menindas adalah keadilan
Senyuman hanya hidup dalam pertarungan
Tawa hanya ada di putusan pengadilan
Perang adalah bisnis
Sementara mereka dipermainkan
Maka kembalilah dan tertidur
Dengarlah lulabi dan mulailah amnesia
Sebab mereka yang merangkul kebenaran, akan mati terlindas kebakuan
Nikmatilah mimpi dan matilah tanpa beban
Lanjutkanlah setelah mati, sebab engkau takkan dikenang dengan alasan
....
Upacara sambutan akan segera dihelat
Yang terhormat;
Para tuan dan budak tawanan
Selamat menyaksikan...
....
Halaman-halaman aksara akan muncratkan darah, dan neraca syahwat naik, sementara turun murah isi kepala
Pamflet-pamflet berisyarat, tahta mengumpat
Tunjuk jari menuduh dan memperalat... sementara primata tertegun dan berkalang puja
Tahta bicara;
"Jangan baca apa yang ingin kau baca
Jangan dengarkan apa yang berbeda
Lakukan saja apa yang semestinya
Lakukan saja apa yang aku pinta
Maka kau akan baik-baik saja."
AL, 7/9/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar