Rabu, 25 Maret 2020

'Kepada Para Pena Pujangga (Pt.2)'

Epilog-epilog yang engkau susun, wahai reinkarnasi budak romansa
Yang setiap kali aku temui, engkau bak bersandar pada meja perjamuan dewa-dewi
Namun sama saja kisahnya, ketika ku tanya kabar perihal mimpi dan delusi
Raga yang kau cinta masih berupa mitologi

Maka engkau taruh benih-benihmu, pada ovum halusinasi
Supaya engkau puas dan mempunyai perantara, meski habis dipermainkan dinamika hati
Kini kau isi tinta dan bercengkerama bersama bayangnya
Kau sebut Ia berkali-kali, meski hanya berakhir pada goresan frasa

Enggan menikam dengan gada, hanya menakar pada seberapa kuat kamu merakit rima-rima
Kamu adalah komposer...
Yang enggan mencampur aduk urusan prahara, bagimu cuma dia, dia dan dia
Maka izinkan aku bicara kepada penamu;
Hai para pena pujangga!
Yang membekas padamu garis-garis bekas genggam
Yang menetes darimu sajak dan langgam
Jangan mengeluh dan bermandi peluh, mengertilah bahwa majikanmu itu terkadang lemah psikis dan dimadu sendu
Orang yang tak tahu menahu perihal apa yang mau dituju, semenjak kekasihnya diburam dan dikulit ragu
Tak apa kau gores runtut aksara rindu, namun jangan pula sekali-kali kamu mempermainkan benih palsu
Biarlah kamu jadi refleksi, bahwa ada lara yang dihantar sandi dan sirat yang dibanjiri arti

Kepadamu para pujangga yang berkeringat melankoli
Dan yang dihidupi oleh nostalgia tanpa henti
Ada kalanya biar tegarmu berdiri
Supaya tak terduduk, membiarkan diri diduduki oleh memori
Hujam penamu supaya menulis pada secarik kanvas baru
Kamu adalah sesuatu...
Kamu musti pergi, jadi nomaden, jadi banyak tahu, mengenai esensi nir baku dan lekas pahami itu....

AL, 31/10/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan