Senin, 23 Maret 2020

'Pinang'

Ini alkisah temu dari hikayat terdahulu
Aku menyua rindu kepada puan yang jauh di antara keramaian itu
Tetap sama kadarnya... tiada ubah, tiada berpaling ragu

Maaf... bayangku tak menembus dindingmu
Bilamana engkau tutup, maka takkan aku memaksa, sebab aku tak sudi bersikap cendala
Namun kasih, kau harus segera tahu, 'kan beda cerita di lain waktu;
Biar lebih dulu aku meremas batang otakku
Sebelum aku genggam jari jemarimu
Biar aku mempercerai kebathilan
Dan aku mempertunang kebajikan
Biar aku pandangi rona sekeliling yang penuh lintah dan sampah
Aku menyingkir, namun bukan maksudku memelintir takdir
Biar aku tegun berpikir...
Biar aku menelan satir...

Maaf... ucapku tak kunjung mendatangimu
Bilamana engkau pasang sekatmu, maka terasa hina jikalau aku datang sekedar untuk menanam nafsu
Namun adinda, kau harus segera tahu;
Biar keringatku menjadi samudera dahulu
Dan tapakku membekas di antara ruas-ruas
Merangkak pada jalan yang tandus dan gurun yang luas
Jangan engkau berikanku praduga... aku akan tetap seiras dan takkan menjamah kandas
Asal kau mengerti saja... aku sudah cukup menaruh percaya

Sayang...
Tunggulah saja bila waktu datang
Aku bertandang untuk meminang
Bila sekujur kulitku usai dalam candradimuka
Dan tulang belulang ini
Akan mampu menopang hingga matahari tiada lagi datang di pelupuk pandang.

AL, 28/9/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan