Rabu, 25 Maret 2020

'Menjual Akhirat'

Di sana-sini ribuan kepala besi, yang kebal caci maki...
Mulutnya tempolong, menyengat macam terasi...
Saling menyerang, menyerbak sembari menjual diri...
Biar ada yang membeli, dijualnya paket orasi dan ilusi...
Yang disebar eceran di kandang politik, di kandang yang bertumpuk banjir tahi
Aku berjalan pelan namun pasti...
Di antara teriakan impotensi...
Nafsu tanpa akal pasca eleksi...

Di sana aku ingat...
Ku ingat suatu hari...
Aku bertemu pedagang...
Pedagang yang tak main-main...
Aku tanya Ia...
Apa yang ia jual...
Ia pula menjawab:

Aku pedagang mas, baru kemarin-kemarin...
Yang dijual pula bukan sembarangan...
Jangan macam-macam dengan ini barang dagangan...
Barang yang murah namun menggairahkan...
Daganganku barang menuju kayangan...
Paket murah perjalanan...
Perjalanan dijamin masuk lembah kenikmatan
Dan keniscayaan... jangan meragu tuan, dijamin ini sudah distempel sang Ridwan...
Tinggal ikuti kami, ikuti saja jangan banyak pemikiran... sebab terlalu banyak berpikir semakin sukar...
Kami tak suka berpikir, berpikir membuat kami tak mendapat apa yang kami inginkan...
Kami hanya ingin bidadari, dan bida-bida yang cantiknya tak karuan...
Dengan cara ini kami selamat...
Mengikuti penjilat...
Penjual akhirat.

AL, 28/6/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan