Rabu, 25 Maret 2020

'Lubang-Lubang Alam'

Malapetaka, mahabencana bak terbiasa
Lubang-lubang alam semakin dalam
Dahan semakin kering
Api lahap membakar ranting
Batang pohon jatuh menggelinting
Alam sunyi hening
Diobral di meja runding

Karma, maharaya mulai bicara
Semesta membisikan lara
Biar mendekam dalam telinga dan jiwa-jiwa
Agar berbuat semestinya
Agar tak semena-mena
Agar tak terus menerus mendekap alam dengan gergaji, dengan tuas mesin, dengan asap industri, dengan siram kerosin
Agar tak terus menerus menagih alam dengan pipa besi, dengan pompa bensin, dengan cerobong api, dengan asap terpilin

Dengarlah para pencari makan, para pencari kenikmatan atau pundi-pundi keuntungan
Bilamana habis sudah segala yang ada, bilamana habis pula tanah-tanah yang patut diisi kehidupan
Bilamana sudah runtas gunung dan lautan, bilamana sudah habis dibabat akar-akar pepohonan
Bilamana sudah pekat udara di kota maupun di pedesaan, bilamana tempat berteduh telah dihujani dengan asam
Bilamana datang suatu masa tanah-tanah dipaksa keracunan, bilamana datang suatu masa manusia saling menyalahkan
...
...
Maka pemilik siapa bumi dan segala yang dihamparkan?
Maka siapa patut menaruh kekuatan?
Bila kekuatan hanya berujung kepada kehancuran?
Maka siapa yang memanen jutaan kematian?
...
Karena hidup adalah benih kesalahan
Karena hidup adalah ladang kebobrokan
Maka di sana terpampang pilihan...
Ambil atau tinggalkan
Garami luka atau sembuhkan.

AL, 15/7/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan