Rabu, 25 Maret 2020

'Finale'

Memamah kesah, hari-hari hanya monolog gelisah
Hingga mewarna jiwa, hitam jengah sebab kelam dicerah cahya remah
Ada yang berharga... namun tak ditunjuk banderol harga
Ialah yang bercokol pada raga, hiduplah dan biarkan pada dilatasi, pada relativitas tak abadi

Loyal hingga final, jalan hidup hingga tanda tapal
Cengkeram dan cengkerama, rawat tanpa jegal
Lepas ikhlas Ia, supaya bersenggama pada takdir, supaya melahirkan amalan, maka hentilah mempersoal
Hidup adalah sudut pandang, bukan sudut rumah jagal

Cinta meski nestapa, dan jelita meski buruk rupa
Bicara pada nurani, lekas sembuh pada ujung-ujung do'a
Melingkar kepada pergumulan paradigma, hidup adalah rangka dan garis-garis lembah pena
Semesta akan berkutat pada diri, dan jalan nara tertulis segera
...pada lembayung mala
...pada jurang sengsara
Itulah niscaya, hiduplah dan gambarkan diri sebagai tasbih percaya
Bahwa hidup tak memandang nama, hidup tak peduli reputasi, hidup seringkali memperjudi, pada peti mati dan peti-peti upeti, pada hikayat sanubari, dan final pencarian arti
Maka hidup bukanlah kolega segelintir pribadi, jalannya tak mampu diajak kompromi, maka hiduplah saja dan berotasi, berevolusi pada massa jati diri...
...bernaungnya peraduan nara, peraduan energi
...
Maka kait dan simpulkan;
Takdir bukanlah teka-teki, sebab tak mampu ditemu jawab dalam teori
Takdir bukanlah butir enigma pula stigma, dituduh dan dicela, takdir adalah korelasi
Korelasi mutlak tanpa revisi
...hari nanti musabab hari ini.

AL, 19/10/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan