'...que Sera'
Dari sajak satu demi satu, ku cipta sewaktu itu namun yang kudapat masih cemberutmu
Hari-hari yang dilalui sama saja, cinta dan cinta, namun berhenti di pucuk kata
Bak relief-relief yang dicari para arkeolog, perihal makna namun hanya nampak dipelupuk mata
Bukan di hati..
Atau di taman-taman yang hadir di alam mimpi..
Bagaimana bisa..? senandungmu itu masih ku dengar di jendela kamar, 300 kilometer jauhnya
Yang bersanding dengan perangai langit, dan bintang-bintang kemerlip
Oh.. juwita, biar sajak ini kau anggap saja yang bicara, sebab dari dulu kau ingin kutemui..
Tapi yang ada sekedar wacana..
Betina jauh di tanah rantau, kapan kau singgah sebentar memandang tubuh yang gusar
Fana per fana kunjungi aku setiap lelap mata, aku terbangun kemudian tertawa, aku takut gila!
Siapa yang hadir di khayal itu, khayal yang tak lenyap begitu saja, sadarkah.. seonggok daging ini kau tinggali apa?
Oalah.. tega rupanya..
Romansa tak aku dapat, yang kuhirup hanya bau acuh dari wajah yang kulihat semakin ranum
Haduh.. kuingat itu, akibat sajak ini, termenung jadinya..
Semenjak lama aku tak ingat terakhir kali ku tatap matamu, yang dua-duanya belo namun lebih banyak berpaling karenaku..
Kadang cemburu..
Kadang luka..
Kadang rupa saja aku lupa
Saking lama tak dengar cerewetmu dari sana..
Oh.. cinta, yang jauh dan ku tak tahu di sana sedang apa..
Aku percaya kamu, aku percaya ini rindu, aku sembunyi saja, aku tahu sebenarnya diri sedang berpura-pura..
Entah rindu atau mungkin satu dua tahun lupa akan diri ini dan cerita lama..
Ahhh.. lagi-lagi menerka..
Tapi ya.. bukan aku tak mau tahu apa jadinya..
Tapi cinta yang dilihat saja tak sudi, mau dibawa kemana?
Ahhh.. Ya, aku ingat malam itu kau suruh aku bersabar dan pasrah..
Tapi jelitaku..
Aku pasrah setiap waktu, tetapi yang ada lagi-lagi kau dapat satu..
Kupikir ini jebakanmu..
Lalu kapan giliranku??
AL, 17/1/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar