Minggu, 01 September 2019

'Serebelum'

Dengarlah isyarat...
Tabib hantar semburat, pada sukma teruwat
Rasakan alirnya darah... usap sudah bekas nanah
Bukankah bola matamu bengkak, terkurung dalam aliran gulita kubangan riak?
Bukankah percuma berteriak bila ufuk beranjak senja dan hanya retorika yang beranak pinak?

Rasakan degup jantung... ingatlah bahwa degupmu ialah rasa beruntung
Bukankah kulitmu retak membeku, oleh dingin lantai yang beratap tempurung?

Rasakan denyut nadi... ingatlah bahwa denyutnya belum lekas temui malaikat mati
Bukankah ragamu sudah hampir punah dirayapi dan dikerumun oleh parasit pula bakteri?

Waktu adalah keniscayaan... dan ia tak dicipta untuk diajak main mata
Rasakan segala cercah hampa yang kau harap dari semunya asa
Bukankah terali dihadapanmu mencaci setiap kau tatap karatnya?
Bukankah jendela itu keras menutup ketika kau sibak?
Maka angkatlah pantatmu, kunjungi peraduan
Maka putarlah grendel pintu, matikan perapian
Biar jiwa berkelana... dan berlanjut dalam lapang hikayat; meski mati di arena palagan, lebih baik ketimbang mati dihilang ketiadaan
.....

AL, 28/9/2019

'Hyang Khamr'

Mereka membangun batas, tersekat amat kuat, mereka mendirikan dinding, tertanam begitu erat
Kalimah suci itu dalam buku-buku berubah saling tatar baku, yang sebelumnya terdaras kini tergerus berlainan iras
Tetuah mulai ditunggangi dan logika tak lagi berlaku
Entitas dipaksa beku dan norma-norma mulai dirancang dalil palsu
....
Delusi mulai membabat akal sehat
Titian yang diterima tak lagi pandang akibat
Populasi gerombolan gembong bertambah pesat
Domba dijajar dan diajar sesat
Mereka berebut nikmat, dengan belajar saling menuduh dan menuding khianat
Mereka menghisap ramuan kebal jerat kemudian mendikte catat malaikat
....
Hyang khamr...
Mabuk tak sadar
Kalap berebut antrian
Loket surga dibanderol prasyarat
...dan dijaja, didapat hanya dengan bayaran
....
Dimanakah Engkau?
Aku temui asmamu di pamflet-pamflet meja mafia
Dimanakah Engkau?
Aku temui asmamu di iringan orang-orang yang saling meneriaki
Dimanakah Engkau?
Aku temui asmamu di gerombolan anarki
Dimanakah Engkau?
Aku temui asmamu pada alutsista antara pihakku dan pihaknya.

AL, 27/8/2019

'No. 554'

Tujuan adalah jalan
Tuju yang disimpan
Namun tujuan adalah sekat
Seringkali lebih dahulu tamat
Sekat itu pembatas antara das sollen dan das sein
Dan hanya runtuh ketika kohesi menjadi padanan
Maka pada titik langkah impian di rawa palagan;
Bersiaplah diri menghadapi kemungkinan, bukan keharusan...
Sebab hal yang pasti
...adalah ketidakpastian.

AL, 31/8/2019

'Euthanasia'

Terkadang kita menapak dua arah
Dilema tak ramah
Terkadang kita menopang masalah
Digoda menyerah...
Luka tak sembuh sekedar oleh petuah
Diramahpun tak ubah

Aku semakin tunduk dan dicekoki... oleh hipnosis beserta ilusi
Delusi dan dehidrasi
Aku haus pencarian arti

Aku ketakutan setiap datang pagi
Aku menyaksikan sekelibat bayang tentang janji
;janji yang mesti ditepati

Aku takut dengan ranjang tidur yang ditata teratur
Dan jarum yang dijadwal menghujum...

Ini adalah salamku...
Dan kalam dari setiap erangan lalu
Terakhir kali... aku sudahi
Dan benahi, nyawa ini sudah melambai pergi
Biarkan tertidur pulas tak kembali
Aku akan terlelap dan terlepas
Bersama setiap bias.

AL, 28/9/2019

Kamis, 20 Juni 2019

Membangun Kembali Fundamen Politik Proletariat

Membangun Kembali Fundamen Politik Proletariat

Dari Haymarket 1886 menuju zaman yang nyata, zaman yang terjadi, baik sekarang ini maupun masa yang akan datang, sudah sangat jelas, nasib buruh lahir dari titik-titik perjuangan dan penuntutan hak yang masif dari kepalan tangan mereka sendiri. Buruh dibekali oleh sikap kemandirian menyikapi banyak kontradiksi atas perbedaan kelas yang seringkali memunculkan stigma-stigma terhadap pola kehidupan sosial mereka. Upaya-upaya untuk memperbaiki hak-hak kaum proletar melalui keputusan konferensi sosialis internasional pada 1 mei 1889 merupakan hasil dan janin yang lahir dari perlawanan 'martir' terhadap kebijakan borjuasi dan kejamnya masa awal budaya kapitalistik dunia pasca revolusi industri.
Lalu bagaimana wajah kaum buruh setelahnya? Bagaimana kita menyebut itu sebagai suatu keberhasilan jikalau dunia masih terpisahkan oleh dinding-dinding dan pembungkaman terhadap wajah dunia yang sebenarnya? Kongres dan pengorganisasian tidak lebih dari menciptakan aturan dan kebijakan yang diperantarai melalui tulisan dan catatan, sisanya adalah orasi dan perlawanan yang tidak habis-habisnya diakukan sebagai inang penuntutan dan reaksi atas berbagai macam isu baik dari kaum buruh sendiri maupun isu-isu yang mengancam kestabilan sosial kelas proletariat, khususnya yang menyangkut tindak-tanduk elit-elit kapitalisme borjuasi. Kita mungkin melihat banyak keberhasilan dan peningkatan kesejahteraan kaum buruh di berbagai wilayah, entah itu diungkapkan melalui kelas pekerja sendiri maupun sekedar klaim dari pihak otoritas tertinggi. Namun dalam tingkatan yang lebih detail dan dalam cakupan kaum buruh yang lebih tradisional, apakah hak-hak kemanusiaan yang lahir dari fundamentalis tersebut terpenuhi?
Tidak ada yang benar-benar nyata dan dengan mudah dipercayai kenyataanya di dalam peningkatan cara pandang dan pola pikir masyarakat modern, semua diupayakan untuk meraih superioritas dan persaingan, semua diupayakan sebagai ladang mencari nilai output yang besar, dan dalam cara-cara mereka, seringkali sistem untuk meraihnya adalah dengan melakukan penyelewengan terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi hak asasi maupun kehidupan kaum pekerja. Masih hangat di telinga akan kasus perbudakan pekerja dan pemberangusan HAM oleh kaum-kaum pemodal di Tanggerang beberapa waktu yang lalu, suatu tragedi yang mengingatkan kita bahwasanya kaum pekerja masih di dalam ambang batas resiko yang besar di dalam pekerjaanya. Masih nyaring di telinga maupun kita lihat dengan mata kepala sendiri banyaknya PHK sepihak tanpa sebab yang ditimpakan terhadap kaum buruh, lalu masih sering kita dengar banyaknya pekerja yang seakan dipaksa maupun terpaksa untuk terlibat di dalam kegiatan produksi barang-barang terlarang dan kriminil karena itikad pengepul hasil dan pemodal, pada akhirnya kaum buruh sendiri yang menerima konsekuensi lebih dari apa yang ia lakukan atas pertanggungjawaban pemodal. Sebuah bukti bahwasanya bahkan di jaman modern dewasa ini, seringkali nasib buruhpun seakan dijadikan alat untuk mencari keuntungan dan hasil meskipun melalui cara-cara yang melawan hukum dan jelas merugikan kaum buruh itu sendiri.
Sejarah mencatat, buruh sudah berjalan dari zaman dimana penindasan dan perbudakan adalah hal yang lumrah, adalah hal yang konkrit, adalah hal yang wajar, sehingga mereka belajar dari itu semua, bahwa memang benar penindasan itu harus segera dilumatkan, disingkirkan, diberangus supaya benih-benih perbudakan dan kesewenangan tidak lagi bernaung di atas wilayah dimanapun di muka bumi ini. Lalu apa perantara ide-ide yang sesuai demi terlaksananya cita-cita tersebut? Banyak cara untuk mereka menemukan jati diri dan memperjuangkan nasib mereka sebagai kaum proletar. Dan cara yang sering digunakan lebih kepada perjuangan melalui afiliasi dengan visi misi politik maupun terjun langsung kedalam dunia birokrasi.
Melihat dampaknya, keberhasilan kesejahteraan buruh mempengaruhi wajah dari banyak nilai, kesejahteraan kaum buruh adalah cerminan mobilitas roda ekonomi suatu negara, penerapan baik atau tidaknya kebijakan dan tentu saja, pemenuhan hak asasi yang memang sudah diwajibkan untuk dijalankan oleh pihak-pihak yang merasa meraup hasil dari tetesan keringat kaum buruh. Tetapi dalam menelaah nasib kaum buruh tidaklah serta merta sesederhana pernyataan diatas. Lebih dari itu, kesejahteraan kaum buruh mungkin terbalik 180 derajat dari kondisi tingkat kemakmuran suatu wilayah maupun berjalannya stabilitas ekonomi. Maka dari itu, di era birokrasi modern yang berjalan secara demokratis, perlu adanya wadah aspirasi dan pengawasan situasi maupun kondisi kaum buruh yang lebih luas, dan pula dalam artian yang mencakup tujuan-tujuan politis yang lebih mapan, wadah yang benar-benar menjadi tunggangan untuk buruh itu sendiri, sehingga tidak ada lagi lelucon lama dimana buruh sekedar menjadi sapi perah, atau hanya sekedar pemenuh kotak-kotak suara dari sandiwara elit politik dan borjuasi. Kekuatan buruh harus mulai dibentuk dan mengakar secara masif, tidak ada lagi afiliasi dengan janji-janji kampanye atau janji-janji segelintir elit politik maupun kerjasama bersifat transaksional yang hanya menciderai cita-cita kaum buruh untuk tetap menjunjung tinggi netralitas dan berdiri atas nama buruh.
Untuk itu, pergerakan buruh yang sesuai adalah dengan penciptaan politik alternatif yang benar-benar berpihak terhadap eksistensi kaum buruh. Dengan kelas proletar masuk kedalam ranah politik yang selama ini diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai transparansi dan demokrasi, maka diharapkan nasib dan peluang cita-cita kaum buruh akan lebih mudah tersampaikan dan diperjuangkan melalui kader-kader mereka di hadapan birokrasi.
Dengan penciptaan politik semacam itu, maka buruh juga sangat diharapkan mendapatkan wajah politisnya, dan pula keseimbangan terhadap posisi-posisi politik yang selama ini sudah akrab dikuasai oleh kelas-kelas elit borjuis.
Mengapa Dibutuhkan Partai Buruh? Partai Buruh bukanlah hal yang baru di Indonesia, partai buruh semenjak era demokrasi politik dalam negeri lepas dari tirani dan kekangan penguasa orde baru, kekuatan politik kaum buruh telah beberapa kali menciptakan pamor yang naik turun di bursa kuasa di musim-musim awal pemilihan secara langsung. Tentu bukan tanpa alasan ketika Partai Buruh tiba-tiba tenggelam dan tidak nampak lagi tajinya, ini tidak dapat diartikan sebagai kemerosotan sikap politik buruh dan bukan berarti pula sikap politis kaum proletar semakin redup setelahnya, namun ini dapat dijadikan modal dan pelajaran yang berarti bagi kaum buruh untuk menciptakan sikap politik dan kesadaran berpolitik yang lebih solid dan terarah sebagai bentuk kemandirian buruh menciptakan idealismenya demi kesejahteraan kaum buruh itu sendiri. Ada pondasi yang harus disusun untuk membangun itu semua, kesadaran kelas dan pergerakan massa.
Pembentukan partai buruh bukan semata-mata sebatas hanya untuk euforia saja, sekadar hanya untuk memanaskan kursi pencalonan saja, tentu itu tidak relevan dengan semangat perjuangan kaum buruh. Penciptaan politik kaum buruh dan pematangan idealisme kaum buruh tentu dihadirkan sebagai upaya yang lepas dari keterpihakan parpol-parpol terhadap kelas elit borjuis, dan seperti yang saya tulis sebelumnya, buruh tidak lagi dan selamanya tidak boleh hanya sebagai pemenuh kotak-kotak suara saja maupun sekedar jabat tangan pendamping kontrak visi misi di panggung-panggung kampanye parpol.
Dapat kita dipahami, dalam pembentukan kesadaran politik tentu bukan hal yang mudah, bukan hal yang terjadi dalam satu malam saja, proses yang dilalui sangatlah perlu kematangan dan sejatinya akan dilewati melalui sikap-sikap kontradiktif dalam penciptaanya. Namun itu bukan berarti kemustahilan, pergerakan massa dapat dibentuk dengan perlahan, melalui propaganda-propaganda terhadap seluruh organisasi proletar, tentu, semangat itu sudah lama mengalir dan dimiliki oleh segenap kaum buruh serta jajaran hirarkisnya, semangat itu yang membuat pemerintah pada akhirnya menetapkan 1 mei sebagai hari buruh, semangat itu pula yang menyatukan serikat kaum buruh untuk bersatu di bawah langit 1 mei, semangat itu pula yang membuat jutaan buruh berbondong-bondong menyampaikan aspirasinya di hadapan penguasa. Maka dari itu, bukan suatu yang mustahil untuk menciptakan pergerakan revolusioner fundamen, ketika solidaritas sudah mencapai klimaks, dan tatanan dalam diri kaum buruh itu sendiri sudah berjalan dan sejalan dalam satu pemikiran, idealisme sudah terbentuk sejak itu juga, prinsip-prinsip sudah ada dan kesadaran massa sudah mulai tumbuh seiring dengan berjalannya sistem-sistem kapitalistik yang semakin menggerus dan seakan memalingkan diri dari keberadaan entitas kaum buruh dan rakyat miskin. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Miriam Budiardjo, bahwa partai politik ialah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, tujuan kelompok ini untuk memperoleh kekuasaan – biasanya secara konstitusional – untuk melaksanakan program-programnya. (Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi, 2009, hal 403-404).
Kita harus belajar dari pergerakan-pergerakan organisasi Partai Buruh di berbagai belahan dunia, bisa kita ambil contoh di banyak negara yang memiliki tingkat kualitas politik yang maju. Partai buruh Inggris tentu sudah sangat mahsyur terdengar dalam dinamika politik internasional, merekalah yang memaksa kekuasaan konservatif yang anti-kiri menelan pil pahit beberapa kali karena kehilangan banyak kursi parlemen serta memaksa dunia untuk melihat 7 kali hadirnya perdana menteri yang lahir dari rahim partai berideologi sosialisme demokratik tersebut. Di Australia, partai buruh sudah berhasil mengangkat perdana menteri selama perjalanan politik mereka, dan yang terbaru, tentu saja keberadaan Partai buruh Selandia Baru, keberhasilan mereka menguasai parlemen dan bahkan berhasil mengangkat perdana menteri termuda adalah akumulasi dari opini politik yang beragam dari kaum buruh serta sebuah bukti masih adanya dinamika politik yang berlandaskan idealisme milik kaum proletariat di masa modern dan pula dari pemikiran kaum intelektual muda.
Bisa kita pahami dan pelajari bersama bahwasanya kesuksesan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah kemajuan dan efektivitas yang sejalan bersama solidaritas idealisme kaum buruh dan pergerakan kelas. Dengan keberhasilan meraih kekuasaan, partai buruh dapat leluasa menciptakan kebijakan dan aturan yang sejalan dengan cita-cita masyarakat proletar.
Perjalanan dan perjuangan aspirasi buruh di dunia tanpa disadari maupun disadari telah banyak membawa angin perubahan dan keselarasan pemikiran dari kaum buruh itu sendiri, pengumpulan massa dan solidaritas tiada batas telah menciptakan relevansi dan sokongan mental bagi kesadaran kelas menuju era revolusi, dimana kapitalisme yang sering menempatkan diri diatas segitiga ekonomi lambat laun di masa yang akan datang akan mulai tumpul dan melepaskan cengekeramannya yang selama ini tajam mencekik masyarakat kecil dan jelata khususnya dari kalangan kaum buruh.
Keberhasilan buruh di berbagai wilayah dalam urusan birokrasi dapat dijadikan inspirasi terbesar dalam upaya menegakan kembali hak politik kaum buruh secara signifikan, keberhasilan yang patut ditiru dan dijadikan ilham bagi langkah-langkah politis kaum proletariat selanjutnya di masa yang akan datang.
Sudah saatnya idealisme proletariat kembali menunjukan eksistensinya di negeri ini, menempatkan birokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat secara harfiah. Tidak ada lagi janji-janji balik modal dan janji-janji yang sekedar nyaring di telinga orang kecil namun penerapannya sering melenceng dan mendustakan amanah yang sudah diberikan. Tidak ada lagi angin segar yang hanya menunjukan superioritas konservatif, menaruh suara hanya kepada masyarakat tertentu saja, hanya kepada kontrak partai saja, yang tanpa disadari akan mengikis keutuhan masyarakat dan memperbesar gap antara yang kaya dan yang miskin. Sebaliknya, partai buruh dapat diandalkan sebagai alat reformasi dan aspirasi masyarakat kecil khususnya kaum pekerja demi menunjukan elektabilitas yang sesuai dengan cita-cita masyarakat, menuju kestabilan sosial, pemerataan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

AL, 18/8/2018

Sabtu, 06 April 2019

'Schrödinger'

Kelambu dogma... asal suka bermain paksa
Maaf, aku tak di sana
Aku di sini
Beserta toleransi yang mati

Sebab bajik kerana pidana...
Sebab bermanusia kerana nirwana
Maka selesai adanya...
Kepuasan diri yang ditanam sehabis sukma

Ini nyata...
Saling beradu tanpa nyata...
Menghardik beda
Memaki kolega

"Itu durjana, itu hina"
"Ini yang ada... sakral suci yang ku hantar kata"
Biar saja ku tenggelam dalam ritual...
Tanpa ketakutan pada bual
Tanpa diri merajai pikir hanya karena diupah nikmat abadi...
Aku lihat kawan... orang-orang di sini, berserakan tanpa denyut nadi...
Karena beralas debat tiada henti...
Aku dengar kawan... orang-orang di sana, berguguran tanpa nama...
Kerana diperkosa peluru sentimen 'katanya'

Maka selesaikan....
Aku bukan cendala kerana menanti pamrih
Aku bukan merana sebab takut perih
Aku berjalan sebab manusia memilih tujuan
Dan kematian hanya tinggal urusan...
Maka yang kau ujarkan, kawan...
..
..
..
Manusia, bukan kemanusiaan.

AL, 6/4/2019

'Halaman Belakang'

Semenjak nafsu...
Semenjak kau beranjak berlalu...
Nada dari nyanyian Ibunda
Kini renta dan dianggap fabel belaka...
Mari ku tunjukan... lewati jalan setapak
Mari ku perlihatkan... jalan-jalan kering retak

Flora menuntut dari embun-embun pagi...
Dari surya menembus tanpa terhenti...
Longsoran tanpa prediksi...
Bah tanpa Musa
Tanah tanpa hawa
Humus limbah, ranting-ranting jelma Sahara

Mengapa kelakar?
Ibunda jatuh sakit tak tersadar
Maka anak-anaknya...
Berhamburan, menebar kasar...
Seruan, dan ajar
...ajar cara melacurkan tragedi, dan perkosa tanah sendiri

Halaman belakang tak lagi hijau...
Ditenggelamkan meja-meja gurau...
Yang sumbangsihkan hasil...
Jerebu keparat dan ladang bangsat
Maka Ibunda kehilangan cerca asa...
Sebab durhaka adalah utama
Dibanderol harga...
Dan detak Ibunda perlahan hampa.

AL, 5/4/2019

••••
Laju deforestasi di Bumi antara 2014 dan 2016 mencapai 20 persen lebih cepat ketimbang dekade silam. Artinya dunia kehilangan tutupan hutan hampir seluas pulau Jawa setiap tahunnya.
Temuan ini didapat antara lain melalui analisa citra satelit.

Meski upaya menghentikan deforestasi telah berlangsung selama beberapa dekade, sejak tahun 2000 hampir 10 persen hutan alami mengalami fragmentasi, degradasi atau ditebang.

Laju kerusakan hutan pada 17 tahun pertama abad ini mencapai 200 kilometer persegi setiap hari. (Kompas)

'Katalis'

Renangi jauh kompetisi...
Kala kau acuh satu yang pasti
Kembalilah nanti...
Kerana semua
Tak abadi...

Lihatlah insan ramai mendagi...
Menaruh nara di ladang mati...
Maka usaikan dan lekas kembali
Fatwa alam tak bisa kau dustai..

Renta akhir catatan falsafah...
Tujuan hidup sekedar resah..
Kembalilah...
Sudahi lelah...

Kendati diri coba hindari
Yang kan datang takkan terhenti
Pulanglah kini
Lekas akhiri

Juta problema... tanpa solusi
Kian hari semakin menjadi
Katalis menjawab pasti
Satu insan berserah diri...
...lagi
....mati.

AL, 29/3/2019

••••
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap 40 detik, seseorang di dunia mengakhiri hidupnya. Angka ini setara dengan 800.000 juwa setiap tahun yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri. (VOA)

'Suratmu Masih Abu-Abu'

Rentetan gebu peluru, dimandikan panas mesiu..
Terdengar disebalik atap tahta..
Di dekat daun pintu
Pintu istana
Istana petahana, diserbu tersirat para sekutu

Terdiam di sebalik dilema, Singa di ujung jalan cerita..
Alkisah kuasa ditawan kuasa, dari Hyena dan raja dari segala raja..
Masa tak meminta kompromi, yang Ia minta sekedar mahkota... dan jantung para terduga, kemudian digantung sebagai cinderamata
Dengan sejuta alibi dan perantara pintar berotak mafia..
Skandal disegala medan... kemudian diam, alam tiba-tiba segan...
Sebuah pertanda..
Lahir raja rimba, meski tiada terduga..
Memasuki istana dengan dada membusung bak jendral psikopat kala selesai membantai jutaan nyawa

Kala kau tanya mengapa, kala kau cari pada halaman buku-buku
Maka buku-buku itu berasap, sebab terbakar lebih dulu...
Sejarah yang kau minta kawan.. semenjak lama memang ragu-ragu...
Alasan yang kita tahu berhenti di ujung tabu..
Surat-surat yang kau ketemui di selokan belakang
Di dalam kuburan orang-orang korban main kayu..
Suratmu, Jenderal... nampak masih abu-abu..

"Maka diamlah.. diam saja dan nikmati saja cerita berjalan.."
Ujung pelor di pelipis... usaha pengungkapan hanya usaha pembungkaman...
"Sita apa yang ada, sita saja nama insinyur tua, sebab mahkota dari antah berantah sudah menampuk tahta.."

Hari ini kita rayakan...
Sebuah peralihan
Diperantarai kebingungan.. mengawali pembantaian..
Tikus percobaan menjelma dinasti kerajaan..
Jenderal menawan... berkawan raja-raja jelmaan..
Puppet bumi selatan...
Merengkuh kekuasaan...
Surat-surat yang pada akhirnya kau temu...
Di lubang-lubang pembantaian yang kian waktu kian semu..
Cerita tentang ragu akan nyata, nyata akan palsu...
Surat-surat yang bersuara dalam angin jerebu..
Suratmu itu, Jenderal....
Suratmu masih abu-abu.

AL, 12/3/2019

••••
Saat ini arsip negara menyimpan tiga versi Surat Perintah Sebelas Maret. Salah satunya berasal dari Sekretariat Negara, yang lain dari Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat dan terakhir cuma berupa salinan tanpa kop surat kenegaraan. Ketiga surat tersebut dinyatakan palsu oleh sejarahawan. Hingga kini tidak jelas di mana keberadaan salinan asli Supersemar. (DW)

'Gali Liepāja'

Gundukan senja... kemarikan para cendala...
Ku lihat di hatinya... buruk rupa
Jerebu ini biar abadi, datangkan mereka...
Segera...
Kala ku menggali Liepāja...

Di gundukan pantai di samping benteng tua...
Satu di jantung... ada yang tembus di belakang kepala
Biar parade lepas nyawa
Serenade tanpa suara...
Orkestra pencabut sukma...
Lubang tanah ditabur raga...
Biar usai segera...
Tuk menggali Liepāja...

Tugas belum pula purna...
Luka ku tanam segera...
Meski jelas nampak akapela dosa...
Biar tuntas... dan sembunyi dalam gelap
Tiada pembela, tinggalah percuma...
Kemarilah, kini teguk bersama...
Muncratan arteri tetawan...
Ku berdiri di sini...
Pandangi dari sebalik catatan calon kerangka...
Kota nyaris tanpa suara
Ku menggali Liepāja.

AL, 1/4/2019

••••
Berbeda dengan kebanyakan pembunuhan Holocaust lainnya di Latvia, pembantaian di Liepāja dilakukan di tempat terbuka. Sekitar 5.000 dari 5.700 orang Yahudi yang terjebak di Liepāja ditembak, kebanyakannya terjadi pada tahun 1941. (Ezergailis)

'Bicara Cinta Seonggok Kecoa'

Apa yang tak kau ketahui...
Di waktu setiap lelapku, kutatap bingkai fotomu.. yang lusuh dilahap rayap kayu
Berkawan kecoa-kecoa dan nyamuk-nyamuk kali
Di peraduan sempit, di gang-gang kota, jejaka jelata hidup beralas himpit
Hanya bermodal rindu, namun tak mengaku..
Sebab dikecamuk kelu kerana diri terlampau malu

Ya.. entah kemana cerita ditakdirkan pergi..
Mungkin juga nanti terkubur bersama kisah penantian sampai mati..
Hanya ungkapan hati yang tak kunjung terbukti
Kerana sadar uang di kantung hanya cukup untuk makan dua kali sehari..

Terlentang pandangi langit-langit penuh lubang..
Kadang juwita terbayang tapi dicaci kenyataan.. mana mungkin dia ku ajak makan sebutir kentang?
Ahhh.. aku nampak putus di asa, namun tak patut pula kecewa..
Ini memang terjadi bukan di alam mimpi..
Mungkin aku tunggu saja bersama lembayung dan kopi tanpa gula..
Dihantam fantasi Romeo Juliet dalam tempurung kepala..

Ya.. begitulah cerita orang-orang yang bermodal kata..
Sajak pula dicipta, ditulis sebagai senjata..
Senjata penggoda dari jelata di atap sengsara
Ya.. begitulah kisah cinta apa adanya..
Hanya hadir sewaktu-waktu..
Ya.. setidaknya aku sudah tahu sedari dulu...
Jikalaupun waktu izinkan kau suka padaku, kuingatkan sesuatu..
Kuyakin, pasti ada yang salah denganmu.

AL, 19/1/2019

'Buku Harian Sutini'

Catatan.. catatan sepeninggal diri
Kalimah-kalimah dari engasnya nafsu kantung pribadi
Korbankan harga diri, meski upah sekedar bulan-bulanan caci maki
Pena menjadi saksi..
Dari Ia yang dirampas hak, senjakala sampai pagi..
Sekedar pena karib yang mengerti..
Dari buku harian Sutini

Kisah pilu, cerita lama.. pembantu rumah tangga
Mungkin Ia bukan yang pertama
Dihunus siksa dari majikan durjana
Dihantam segala benda
Dikalang duka
Pulang sekedar pulang, tak membawa apa

Kisah yang sedari dulu tak berubah wujudnya
Meski nadi mungkin tiada..
Namun deru nafas terdengar oleh telinga..
Dari pejuang devisa..
Yang tenggelam
Bersama catatan kelam

Catatan.. catatan sepeninggal diri
Tak masuk di akal, namun sudah kadung terjadi
Kenyataan yang ditimpakan hari-hari
Perampasan hak dan hilangnya nurani
Buku harian Sutini...
Menjadi saksi..

Buku harian Sutini..
Kelakar tragedi dibawa pergi tak kunjung kembali
Harga murah ialah harga supaya hidup layak mengais rezeki
Namun bukan didapat yang Ia cari
Catatan pena menjadi saksi..
Tak makan bukan lagi cerita alibi
Tak diobati meski dihajar puluhan kali
Di sebalik catatan buku harian Sutini..
Inilah ironi..
Negeri lepas jajahan
Dijajah kroni-kroni negeri sendiri
Yang berdiri di atas kantung-kantung privat
Dari tabiat, kelabui mereka yang berburu berkat
Namun apa yang didapat..
Sekedar ladang penjahat
Dikubur siasat
Buku harian Sutini..
Di akhir bab
Kini tiada..
Buku harian Sutini..
Catatan diri... tak lekas begitu saja tamat.

AL, 11/1/2019

••••
LBH Sikap Banyumas selaku tim kuasa hukum dari alm Sutini melalui juru bicaranya, Bangkit Adhi mengatakan, berdasarkan buku harian yang ditemukan, Sutini mencurahkan sejumlah keluhan selama berada di Singapura. Ia mengungkapkan, tidak diberi makan oleh pihak agensi Singapura selama 3 hari, merasakan sakit di bagian kepala dan pinggang. (Merdeka)

close
Test Iklan