Senin, 23 Maret 2020

'Joan'

Relung termenung, Ia tatap dinding, Ia pandangi kurung
Bilawaktu Ia selalu menunggu, imajinya kian waktu rekat berdengung
Jazirah dan semenanjung, Ia datangi setelah lepas pasung
BerkatNya... jejaknya pasti terlihat, Ia menari diantara puing-puing, meski badai merundung
Rajai diri yang mesti dilakui, sebab nafsu ialah wabah, menjalar mengikuti

Hirup peristiwa ialah nyanyian sepanjang masa
Kenang usia ialah obat berserah pada yang Esa
Jikalau jerebu pula menghadang di hadapan mata
Ingatlah ibarat sahaya menghamba pada satu mahkota

Menyelami jeramnya hidup kadung Ia lewati...
Yang Ia tahu untuk kesekian kali
Melangkah Ia landaikan terjal dengan lafadz puja-puja
Dinding sekat ingatkannya, bahwa batasannya jelas masih ada
Namun tak redup ambisi, Ia langkahkan meski dengan alas caci maki
Joan De Arc hidupi nama, pada seorang wanita yang hidup meski dalam komplikasi mimpi
Daku menemukanmu tengah bersandar pada ingatan asa
Jejakmu masih nyata ibarat menyatu dengan aspal... jejakmu sepatu bara
...
Riang semesta menyambutmu pula, menyaksi apa-apa yang Ia cipta, dari khayal tuju sadar... hingga mencatat pada lembar-lembar memoar
Inang-inang algoritma asa, perlahan merasuk pada akhirnya, pertanda dan penebus segala lara, merambah elegi... mencipta bahagia diri

Zirah perangmu, wahai perempuan dari mekarnya teratai, sebagai pengingat diri supaya tak pupus, tertanam sebagai mahfuz
Kenalilah... kendalilah... tunduklah bersahaya kepada yang Esa, kejarlah-kejar mimpi sebelum berkerak, lekaslah lekas beranjak
Ibarat tinggi tanaman bambu, kala setiap bertumbuh badai pasti semakin kuat menerpa, teramat sering mendatangi, maka jangan engkau cepat meragui, jangan pula menyerah dengan sedu sedan menjadi-jadi

Perlakukanlah setiap petikan sebagai ajaran, yang terdapat di setiap sisi jalan, jalan terang maupun jalan gelap
Ujilah titah kepada amalan perilakumu, bersyukurlah setiap hadirnya waktu

Jika kelak yang kau nanti tiba, hai perempuan dari tanah khatulistiwa, yang lahir dari rahimnya neraka candradimuka, jangan pernah terlupa, meski engkau bertahta maharaj
Intan permata serta ranah dunia ialah suatu hipnosis, anestesi serta amnesia, tetaplah ingat satu, kepada siapa patut diri berserah... tiada lupa, jagalah diri... tanamkanlah arti, sebab kelak suatu saat nanti, setiap yang berdegup pasti kan kembali.

AL, 18/5/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan