Selasa, 04 Februari 2020

'Klandestin'

Redup lampu ku lihat semu...
Kilat bercerita temani detik, menimang aksara-aksara yang lahir dari rahim malam
Oroknya tersimpan dalam pena, deru nafas yang kutarik susah
Ditatap mata-mata kanan kiri yang selalu sedia
Dengan baton dan kalimah kutukan yang disusun sedemikian rupa
Supaya aku diam.. dan mati sendirian..
Didalam gundukan dan mungkin tanpa batu nisan..

Aku tetap berdialog dengan hari-hari dan waktu kebebasan
Waktu kala lisan diumbar bak rindu merpati jantan
Kutaruh dalam kertas-kertas tulisan..
Dalam borgol tanpa pengadilan...

Nantikan aku, yang sudah lelah bersemayam..
Nantikan mulut yang akan mengumbar geram
Beserta rumput-rumput yang mengutuk hitam..

Nantikan kematianmu, dalam segala resah tentang pembongkaran
Akan fakta dan kebenaran...
Akan penyelewengan..
Akan kesewenangan..
Akan mereka yang merengkuh tujuan sembari melihatmu ketakutan..
Akan setiap catatan, majalah, layar maupun kertas koran..
Tentang siapa yang tertawa paling akhir, dan telapak siapa berdiri di sisi jurang penyerahan.

AL, 22/1/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan