Sabtu, 06 April 2019

'Schrödinger'

Kelambu dogma... asal suka bermain paksa
Maaf, aku tak di sana
Aku di sini
Beserta toleransi yang mati

Sebab bajik kerana pidana...
Sebab bermanusia kerana nirwana
Maka selesai adanya...
Kepuasan diri yang ditanam sehabis sukma

Ini nyata...
Saling beradu tanpa nyata...
Menghardik beda
Memaki kolega

"Itu durjana, itu hina"
"Ini yang ada... sakral suci yang ku hantar kata"
Biar saja ku tenggelam dalam ritual...
Tanpa ketakutan pada bual
Tanpa diri merajai pikir hanya karena diupah nikmat abadi...
Aku lihat kawan... orang-orang di sini, berserakan tanpa denyut nadi...
Karena beralas debat tiada henti...
Aku dengar kawan... orang-orang di sana, berguguran tanpa nama...
Kerana diperkosa peluru sentimen 'katanya'

Maka selesaikan....
Aku bukan cendala kerana menanti pamrih
Aku bukan merana sebab takut perih
Aku berjalan sebab manusia memilih tujuan
Dan kematian hanya tinggal urusan...
Maka yang kau ujarkan, kawan...
..
..
..
Manusia, bukan kemanusiaan.

AL, 6/4/2019

'Halaman Belakang'

Semenjak nafsu...
Semenjak kau beranjak berlalu...
Nada dari nyanyian Ibunda
Kini renta dan dianggap fabel belaka...
Mari ku tunjukan... lewati jalan setapak
Mari ku perlihatkan... jalan-jalan kering retak

Flora menuntut dari embun-embun pagi...
Dari surya menembus tanpa terhenti...
Longsoran tanpa prediksi...
Bah tanpa Musa
Tanah tanpa hawa
Humus limbah, ranting-ranting jelma Sahara

Mengapa kelakar?
Ibunda jatuh sakit tak tersadar
Maka anak-anaknya...
Berhamburan, menebar kasar...
Seruan, dan ajar
...ajar cara melacurkan tragedi, dan perkosa tanah sendiri

Halaman belakang tak lagi hijau...
Ditenggelamkan meja-meja gurau...
Yang sumbangsihkan hasil...
Jerebu keparat dan ladang bangsat
Maka Ibunda kehilangan cerca asa...
Sebab durhaka adalah utama
Dibanderol harga...
Dan detak Ibunda perlahan hampa.

AL, 5/4/2019

••••
Laju deforestasi di Bumi antara 2014 dan 2016 mencapai 20 persen lebih cepat ketimbang dekade silam. Artinya dunia kehilangan tutupan hutan hampir seluas pulau Jawa setiap tahunnya.
Temuan ini didapat antara lain melalui analisa citra satelit.

Meski upaya menghentikan deforestasi telah berlangsung selama beberapa dekade, sejak tahun 2000 hampir 10 persen hutan alami mengalami fragmentasi, degradasi atau ditebang.

Laju kerusakan hutan pada 17 tahun pertama abad ini mencapai 200 kilometer persegi setiap hari. (Kompas)

'Katalis'

Renangi jauh kompetisi...
Kala kau acuh satu yang pasti
Kembalilah nanti...
Kerana semua
Tak abadi...

Lihatlah insan ramai mendagi...
Menaruh nara di ladang mati...
Maka usaikan dan lekas kembali
Fatwa alam tak bisa kau dustai..

Renta akhir catatan falsafah...
Tujuan hidup sekedar resah..
Kembalilah...
Sudahi lelah...

Kendati diri coba hindari
Yang kan datang takkan terhenti
Pulanglah kini
Lekas akhiri

Juta problema... tanpa solusi
Kian hari semakin menjadi
Katalis menjawab pasti
Satu insan berserah diri...
...lagi
....mati.

AL, 29/3/2019

••••
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap 40 detik, seseorang di dunia mengakhiri hidupnya. Angka ini setara dengan 800.000 juwa setiap tahun yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri. (VOA)

'Suratmu Masih Abu-Abu'

Rentetan gebu peluru, dimandikan panas mesiu..
Terdengar disebalik atap tahta..
Di dekat daun pintu
Pintu istana
Istana petahana, diserbu tersirat para sekutu

Terdiam di sebalik dilema, Singa di ujung jalan cerita..
Alkisah kuasa ditawan kuasa, dari Hyena dan raja dari segala raja..
Masa tak meminta kompromi, yang Ia minta sekedar mahkota... dan jantung para terduga, kemudian digantung sebagai cinderamata
Dengan sejuta alibi dan perantara pintar berotak mafia..
Skandal disegala medan... kemudian diam, alam tiba-tiba segan...
Sebuah pertanda..
Lahir raja rimba, meski tiada terduga..
Memasuki istana dengan dada membusung bak jendral psikopat kala selesai membantai jutaan nyawa

Kala kau tanya mengapa, kala kau cari pada halaman buku-buku
Maka buku-buku itu berasap, sebab terbakar lebih dulu...
Sejarah yang kau minta kawan.. semenjak lama memang ragu-ragu...
Alasan yang kita tahu berhenti di ujung tabu..
Surat-surat yang kau ketemui di selokan belakang
Di dalam kuburan orang-orang korban main kayu..
Suratmu, Jenderal... nampak masih abu-abu..

"Maka diamlah.. diam saja dan nikmati saja cerita berjalan.."
Ujung pelor di pelipis... usaha pengungkapan hanya usaha pembungkaman...
"Sita apa yang ada, sita saja nama insinyur tua, sebab mahkota dari antah berantah sudah menampuk tahta.."

Hari ini kita rayakan...
Sebuah peralihan
Diperantarai kebingungan.. mengawali pembantaian..
Tikus percobaan menjelma dinasti kerajaan..
Jenderal menawan... berkawan raja-raja jelmaan..
Puppet bumi selatan...
Merengkuh kekuasaan...
Surat-surat yang pada akhirnya kau temu...
Di lubang-lubang pembantaian yang kian waktu kian semu..
Cerita tentang ragu akan nyata, nyata akan palsu...
Surat-surat yang bersuara dalam angin jerebu..
Suratmu itu, Jenderal....
Suratmu masih abu-abu.

AL, 12/3/2019

••••
Saat ini arsip negara menyimpan tiga versi Surat Perintah Sebelas Maret. Salah satunya berasal dari Sekretariat Negara, yang lain dari Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat dan terakhir cuma berupa salinan tanpa kop surat kenegaraan. Ketiga surat tersebut dinyatakan palsu oleh sejarahawan. Hingga kini tidak jelas di mana keberadaan salinan asli Supersemar. (DW)

'Gali Liepāja'

Gundukan senja... kemarikan para cendala...
Ku lihat di hatinya... buruk rupa
Jerebu ini biar abadi, datangkan mereka...
Segera...
Kala ku menggali Liepāja...

Di gundukan pantai di samping benteng tua...
Satu di jantung... ada yang tembus di belakang kepala
Biar parade lepas nyawa
Serenade tanpa suara...
Orkestra pencabut sukma...
Lubang tanah ditabur raga...
Biar usai segera...
Tuk menggali Liepāja...

Tugas belum pula purna...
Luka ku tanam segera...
Meski jelas nampak akapela dosa...
Biar tuntas... dan sembunyi dalam gelap
Tiada pembela, tinggalah percuma...
Kemarilah, kini teguk bersama...
Muncratan arteri tetawan...
Ku berdiri di sini...
Pandangi dari sebalik catatan calon kerangka...
Kota nyaris tanpa suara
Ku menggali Liepāja.

AL, 1/4/2019

••••
Berbeda dengan kebanyakan pembunuhan Holocaust lainnya di Latvia, pembantaian di Liepāja dilakukan di tempat terbuka. Sekitar 5.000 dari 5.700 orang Yahudi yang terjebak di Liepāja ditembak, kebanyakannya terjadi pada tahun 1941. (Ezergailis)

'Bicara Cinta Seonggok Kecoa'

Apa yang tak kau ketahui...
Di waktu setiap lelapku, kutatap bingkai fotomu.. yang lusuh dilahap rayap kayu
Berkawan kecoa-kecoa dan nyamuk-nyamuk kali
Di peraduan sempit, di gang-gang kota, jejaka jelata hidup beralas himpit
Hanya bermodal rindu, namun tak mengaku..
Sebab dikecamuk kelu kerana diri terlampau malu

Ya.. entah kemana cerita ditakdirkan pergi..
Mungkin juga nanti terkubur bersama kisah penantian sampai mati..
Hanya ungkapan hati yang tak kunjung terbukti
Kerana sadar uang di kantung hanya cukup untuk makan dua kali sehari..

Terlentang pandangi langit-langit penuh lubang..
Kadang juwita terbayang tapi dicaci kenyataan.. mana mungkin dia ku ajak makan sebutir kentang?
Ahhh.. aku nampak putus di asa, namun tak patut pula kecewa..
Ini memang terjadi bukan di alam mimpi..
Mungkin aku tunggu saja bersama lembayung dan kopi tanpa gula..
Dihantam fantasi Romeo Juliet dalam tempurung kepala..

Ya.. begitulah cerita orang-orang yang bermodal kata..
Sajak pula dicipta, ditulis sebagai senjata..
Senjata penggoda dari jelata di atap sengsara
Ya.. begitulah kisah cinta apa adanya..
Hanya hadir sewaktu-waktu..
Ya.. setidaknya aku sudah tahu sedari dulu...
Jikalaupun waktu izinkan kau suka padaku, kuingatkan sesuatu..
Kuyakin, pasti ada yang salah denganmu.

AL, 19/1/2019

'Buku Harian Sutini'

Catatan.. catatan sepeninggal diri
Kalimah-kalimah dari engasnya nafsu kantung pribadi
Korbankan harga diri, meski upah sekedar bulan-bulanan caci maki
Pena menjadi saksi..
Dari Ia yang dirampas hak, senjakala sampai pagi..
Sekedar pena karib yang mengerti..
Dari buku harian Sutini

Kisah pilu, cerita lama.. pembantu rumah tangga
Mungkin Ia bukan yang pertama
Dihunus siksa dari majikan durjana
Dihantam segala benda
Dikalang duka
Pulang sekedar pulang, tak membawa apa

Kisah yang sedari dulu tak berubah wujudnya
Meski nadi mungkin tiada..
Namun deru nafas terdengar oleh telinga..
Dari pejuang devisa..
Yang tenggelam
Bersama catatan kelam

Catatan.. catatan sepeninggal diri
Tak masuk di akal, namun sudah kadung terjadi
Kenyataan yang ditimpakan hari-hari
Perampasan hak dan hilangnya nurani
Buku harian Sutini...
Menjadi saksi..

Buku harian Sutini..
Kelakar tragedi dibawa pergi tak kunjung kembali
Harga murah ialah harga supaya hidup layak mengais rezeki
Namun bukan didapat yang Ia cari
Catatan pena menjadi saksi..
Tak makan bukan lagi cerita alibi
Tak diobati meski dihajar puluhan kali
Di sebalik catatan buku harian Sutini..
Inilah ironi..
Negeri lepas jajahan
Dijajah kroni-kroni negeri sendiri
Yang berdiri di atas kantung-kantung privat
Dari tabiat, kelabui mereka yang berburu berkat
Namun apa yang didapat..
Sekedar ladang penjahat
Dikubur siasat
Buku harian Sutini..
Di akhir bab
Kini tiada..
Buku harian Sutini..
Catatan diri... tak lekas begitu saja tamat.

AL, 11/1/2019

••••
LBH Sikap Banyumas selaku tim kuasa hukum dari alm Sutini melalui juru bicaranya, Bangkit Adhi mengatakan, berdasarkan buku harian yang ditemukan, Sutini mencurahkan sejumlah keluhan selama berada di Singapura. Ia mengungkapkan, tidak diberi makan oleh pihak agensi Singapura selama 3 hari, merasakan sakit di bagian kepala dan pinggang. (Merdeka)

close
Test Iklan