Rabu, 25 Maret 2020

'Āmā'

Delusi anakku... kemarilah, biar ku cium keningmu
Ingatlah suatu waktu, engkau bergumul tinggalkan jerebu... mengepul dari cerobongmu
Aku tertelungkup pandangi lakumu, menangis sendu

Delusi anakku... pedulikah engkau saat tubuhku tergenang beserta batang ranting yang hilang?
Ilusi anakku... dengan prilakumu tiada akan berakhir senang
Meski senandung ibu bukanlah mantra cenayang
Namun Ibu tak mau engkau saling berselisih paham... Ibu sakit dengan rangkulanmu... rangkulan tangan menghunus pedang

Delusi anakku... fatamorgana yang tiba kini tak kunjung berlalu
Dimanakah engkau saat ibu ditelan air bah kala itu? Ibu merindu
Pulanglah anakku... kembalikan setiap laku
Ibu sakit... Ibu meraguimu

Dimanakah engkau?
Dimanakah engkau saat raut rupa Ibu dipenuhi keriput, hingga gersang tak berbulu
Ibu terbakar melepuh... Ibu menggigil membeku
Delusi anakku... apakah suara-suara itu lantas mengelabuimu?
Ibu rindu padamu...

Pulanglah anakku dan Ibu sudah sajikan apa-apa saja yang engkau mau
Ibu hanya tak mau ada bercak noda darah di kainmu... di mainanmu... di langkah kakimu
Ilusi anakku, di mana engkau?
Apa engkau di cinta itu? Apa engkau di kebencian itu? Apakah engkau di kolong-kolong penghidupan? Apakah engkau di arena tarik tambang? Apakah engkau jauh pergi melupakan dan tak akan pernah pulang? Kapan engkau sudi menyambang? Apa yang sibuk engkau dulang? Apa yang kau dapat dalam perang?

Kembalilah ke ribaanku... Kembalilah sayang
Kembalilah pulang... hentilah nafsu kau ajak bersulang
Kembalilah sayang... jangan engkau bakar sarang-sarang
Ibu tak mau hangus... dikalang dan dikangkang, digali dan diperas berulang-ulang.

AL, 31/7/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan