'...anjungan Sena'
Bahtera telah muncul sebagai pertanggungjawaban... membawa para tetawan dan nurani ditenteng kejam tanpa padanan
Bahtera itu melalangbuana... beralir pada arus, antonim memamah sebagian
Sehingga Ia terombang-ambing, dan hanyut tanpa kepastian...
Gegar akal... kemudian monolog-monolog terpatri sebagai narasi kekal
Para sena menari dalam tarian pasca... sebagai langgam dan perbuatan cela tergantung sudut mata
Ada tuan dan sahaya...
Mereka beranjak tua
Ada yang diperagung dan diperbudak
Ada dominasi dan kulminasi
Ialah penggubah dan penimbang, kala lubang kotoran menjadi sesembahan, dan peribadatan menjadi sabung takaran
Ada yang lupa... menjadi legam dan buta, diarah kejora dan ditampak muka sehingga Ia merasa dibaptis semesta
Ilusi yang diikrar akan menjadi patokan, dan citra akan menjadi alat... bestari akan diajak main mata, sehingga orang-orang akan mengingat, bahwa lebih baik mereka melupa
...
Alam sandiwara akan dipenuh persona;
Sebagai topeng-topeng dan penjiwaan, sebagai kanvas supaya dibuat sesukanya
Sembunyi mereka, sembunyi dalam perspektif... menyerta diri memadu ketaksadaran, memadu sukma kolektif
Mereka memijak menjadi kawanan... saling menemani, sehingga langkah depan menjadi kebiasaan
Langkah ringan tak terbeban
Dan ekosistem dapat diputarbalikan
....
Maka bahtera-bahtera pertanggungjawaban adalah notulensi pergulatan pandang
Pertanggungjawaban atas bathil dan kebenaran
Yang seiring masa dapat semaunya diarahkan
Karena bila ada satu yang meragu mengenainya, maka para sena menganggap bahwa kebenaran adalah arena perdebatan
Sehingga mereka menasbihkan;
"...bukankah pula kebenaran adalah kepastian tanpa kepastian?; kepastian dewasa kini namun tidak pada hari depan."
AL, 28/10/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar