Orang ringkih, berjalan semata kerana keroncongan mencaci maki
Mencari hidup dibawah telapak-telapak kaki
Menjilati takdir, sepahnya ditelan tiada henti
Orang ringkih, tiada elegi yang tak datang menghampiri..
Disela daun-daun berguguran pertanda kemarau..
Tak ia pedulikan, sebab hidupnya terlampau hanya kemarau
Orang ringkih, sangitnya daki dari sisi bajunya yang tak kunjung dicuci
Ia pinta sekedar hidup dan beratap layaknya manusia
Yang Ia dapat hanyalah pandang tajam sebelah mata..
Saat engkau tiba, hai Orang ringkih.. seret lutut hingga bekasnya memerah di atas aspal..
Saat engkau tiba, hai Orang ringkih.. iba terasa pandangimu, iba yang tak kunjung hilang, iba kesal pada takdir, meski gelak tak kunjung usai dari kerongkongan si marjinal
Orang-orang ringkih, tak mengutuk hidup.. sesalnya telah tertutup..
Orang-orang ringkih bertanya.. "Yang kupunya sekedar hidup, jangan sembunyi engkau susup, sebab syukur kami terus menerus meletup."
AL, 14/4/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar