Jumat, 19 Januari 2018

'Kala Cakrawala Gaungkan Asa'

Selamat pagi, siang, malam
Yang menari, mabuk.. yang tenggelam dalam pandang buram
Yang menanam, yang kelam, yang hidup di pinggiran malam
Ini kisah, kisah hasil jamah..
dijamah kecamuk pikir manusia-manusia resah

Ini tentang penyakit yang mewabah
Beranak pinak diantara orang lemah
Ideologi..
Niscaya percaya sekedar caci maki
Makan pagi hari ini
Dikenyangkan onani..

Aku banyak melihat di layar kaca
Yang hasil kredit..
Sakit teramat sakit, orang sakit ramai menjerit
"Nyawa ditodong harga" bait-bait para bandit
Meski derita tampak mata, tunggu mati sebab berbelit
Bangsal mahal kosong adanya, ditunggu orang-orang berduit
Juga dipesan untuk pendusta..
Yang kemarin saya lihat bersandiwara..
Kacung rakyat yang mengaku elit

Aku bosan melihatnya, merasuk jiwa hingga tak mampu bicara
Sore itu.. dimana-mana seribu problema..
Lansia kehilangan atapnya.. di siang bolong disita grandong
Banyak pengerat di comberan, siul berdecit cari makanan
Papan tulis kosong di bawah kolong, papan tulis mahal milik juragan
Saling sogok adu taruhan, yang lahir calon bajingan
Nampak pula yang mencoba berdiri, diatas semak belukar
Sementara pengkhianat perlahan datang, semak dibakar..

Seribu tanya menghardik logika
Kita adalah sang tuan berwujud budak..
Disana mahkota gila kuasa.. asal nominal tajam menggoda
Yang memilih sekedar kunyah ampas, genting bocor, tembok retak
Sang pemberi takhta kini dihina, dilempar dedak
Lalu yang sudah bernama, disuguh candu, ditenggak sampai tersedak

Dengarlah sayup-sayup manusia buta bicara..
Inilah yang dinamakan bermoral..
Berasas dan beriman
Sedang yang nampak indera..
Saling hancurkan wibawa, saling memperkosa..
Moncong siapa tunjuk kuasa..
Jatah bergeliat tajuknya sekedar raup nama..
Raup pujian..
Raup citra semata..

Sementara itu, disebar terus kebodohan
Saling tunjuk senjata, meski satu kepercayaan
Sungguh inilah yang menggerayang..
Inilah yang dinamakan bhinneka satu tujuan
Yang dicerca tawa gembel, di bawah lampu merah pinggir jalan..

Tawaku adalah kebingungan, tawa penghinaan atau kesedihan
Tanahku dihamburkan, dijajah saudara sekandung badan
Digali tak sopan, ditanam pasak diurug reruntuhan
Kemuning padi kini bukan kemuning pribumi
Kini agraria tak punya birahi unjuk gigi
Caping enyah perlahan, sabit berkarat, lama tak diayunkan..
Yang bertanam pula..
Bertanam makanan..
Lalu ditabur racun
Dipanen, lalu lahap dimakan..

Inilah..
Ya, ini.. ada rakyat miskin, ada rakyat kaya
Yang sama-sama nafsunya..

Aku tak bertanya sebab musabab, tak pula nampak heran
Sebab dosa turunan, menggunung terus digaungkan
Dibanggakan..
Dieluh-eluhkan..
Diharapkan datang..
Calon bajingan..
Saling bergembira adu kekuatan
Lalu disingkirkan.. dalam dendam kadung ditelan

Negeriku menyerbak mudharat..
Manusia kualat pikiran bejat
Negeriku menyerbak mimpi..
Manusia dari rahim asa..
Dari pikirnya yang berkhayal soal digadya
Meski akhirnya layu
Kalah dengan pengadu
Kalah dengan takhta pengantar elegi
Kalah dengan separatis yang mengaku banyak berarti

Kini aku lihat di surau, di gereja, di kuil, suara para jemaat
Dengar senandung pujian nan khidmat
Do'a-do'a terus terpanjat
Dari tadah korban para lalat
Berjuta tangis, berjuta pinta..
Agar harapan tak diselimuti khianat
Agar mimpi bisa berarti..
Tak berakhir nihil di peti mati..
Tak lagi diberi janji yang palsunya abadi.

AL, 16/1/2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan