Berdiri tegak
Tiang-tiang singgasana sang saka
Di desa, kota, di mana saja
Kibarnya bagai merekah
Dibelai angin yang menggugah
Nyanyian tanpa lelah
Meski dirundung susah
Lalu sebuah tanya
Tiada lagi punya makna
Cerita nafsu birahi yang berkuasa
Singkap sebuah nyata
Setelah kita lihat dunia
Sang saka bagai merintih
Melihat pertiwi semakin tertatih
Sakitnya selalu terbayang
Pedih tak tertahankan
Bumi pertiwi kini
Dicongkel wibawanya
Oleh pandu-pandunya
Tanah ini yang ramah
Jadi gudang segala amarah
Tanah yang katanya indah
Jadi tempat sandaran setiap resah
Sila-sila yang kau hafal di dalam kepala
Yang diperkosa brengseknya penguasa
Dayanya diperah
Cengkeram garuda bagai lemah
Tanah alibi
Tanah segala ironi
Tanah janji
Tanah keadilan yang mati
Sang saka bukanlah kain murah
Tiangnya bukan tiang patah
Tercipta dari kerak-kerak darah
Mereka yang gugur berkalang tanah
Kini sekedar gurauan
Anjing berupa setan
Kini sekedar hafalan
Dan lantangnya suara nyanyian
Sembuhlah kau Ibu Pertiwi
Kembalilah satukan jiwa
Menuju peraduan tanpa air mata
Yang kian kusut ditelan masa
Yakinkan kami
Tentang masa penuh mimpi
Agar kami bisa bicara
Tunjukan pada dunia
Kami bukan sapi pembajak
Yang habis direnggut kuasa congkak.
AL, 30/9/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar