'Tangisan Orang Buta'
Di atas daki-daki kotoran para pejalan kaki
Rerintih suara orang menagih janji
Janji dibawa pergi tak kunjung ditepati
Hingga ajal mengajak pergi
Orang-orang ramai menggertak.. menggertak meja melawan lalat tua
Lalat-lalat di atas kopi pagi, lalu kepala mereka dengan mudahnya dihantam belati
Dihantam keras cacian para petinggi, dipaksa turun kasta jadi tahi
Siapa peduli?
Siapa lagi yang punya teman sejati..
Munafik jadinya, tak berempati
Jikalau hari ini malam tak terlewati, maka kau lihat tangis orang buta yang dipasung abadi
Sekujur dosa khianat para penjerat..
Tangis dan tawa nampak senggang terlihat..
Orang buta melangkah tak pasti
Menangis merintih, melihat gulita.. melihat hampa, dibungkus maki
Lantas mengapa?
Istana bapak tua, berdiri megah.. melambangkan tahta, yang dijunjung setinggi-tingginya
Lantas mengapa?
Di seberang bantaran kota, berdiri reyot sekarat... melambangkan jati diri rakyat
Orang buta menangis..
Meratapi segala angan
Tentang keadilan..
Tentang kesejahteraan..
Tentang permusuhan..
Tentang peperangan..
Tentang pembunuhan..
Pembungkaman..
Pembodohan..
Pembohongan..
Tentang hari ini Ia tak lagi dapat makan..
AL, 10/12/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar