Rabu, 01 April 2020

'Naungan Atap Terminal'

Seperti biasa... saban waktu sama sahaja
Aku tak buat beda, tentang manusia yang termenung dengan tato menohok sekujur raga
Terbangun di kursi tunggu terminal tua
Dengan bau arak menyeruak dari mulut seorang setengah baya

Setiap bangkitnya fajar ialah awal memanen para fauna
Entah dengan tawar menawar harga, maupun dengan menawan paksa
Di naungan atap terminal, semua terjadi begitu saja...
Tempatku bekerja, megais pundi-pundi uang sewa
Siapa berani ancam mengancam, siapa berani menghina
Sebab bila satu kali ku dengar suara itu menyerobot gendang telinga, maka habis pula nyawanya
Harus pula dipahami, bahwasanya kuasaku menyeruak dari sudut-sudut terminal tua

Seperti biasa... saban hari tanpa makna apa-apa
Hanya orang yang beristri rembulan dan beranak kerlip lampu taman
Hidup menyeret dosa dan mengepul neraka
Kembali tertidur dengan pulas
Di bawah naungan terminal
Berharap esok kembali terbangun dengan nafas.

AL, 17/7/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan