'Nomad III'
Tuju benderang dari telaga inang sukma yang jauh menjulang... raga melangkah hingga terdampar di ufuk pandang, terpampang telanjang
Menyisih detik-detik nyawa kepada telaah falsafah dan tarekat yang ia temui dari nadirnya kisah
Lewati padang tandus dan gurun-gurun binal
Menuliskan mantra pancasona pada setiap lajur penunjuk kelana; kelana ruhnya akal
Jemawa pudar, jemawa ialah sekedar ilusi dan tahtanya pula telah dijagal
Kini Ia berdiri setara dengan batu, tanah, pasir, air dan pokok pohon cemara... tanpa riuh pembual, tanpa goda prahara, tanpa belaan pengacara
Kini terbuka semenjana... catatan terisi aksara-aksara dari tulisan pena tanpa tinta
Ia regup dalam sebab nafasnya kini; nafas hidup menyegera
Ia lepas kain yang membungkus kulitnya
Ia lepas bangga dari busung dadanya
Ia patahkan mahkota dan ia pendekkan namanya
Ia menyingkir permata dan kerlip cahya
Ia masuk ke dalam relung-relung penalaran
Memakna peraduan penuh isyarat... sahibulhikayat
Ia khatamkan kendali dan bercengkerama dengan Hyang dalam nyawa
Mendaraskan langgam penebusan
Ia sebatang kara dicumbu kesunyian
Menasbih setiap rima dikotomi dua muka... kala ia direnung penghayatan
....
Ia menyenta nikmat
Ia mengkudeta syahwat
Ia mengaborsi ego sebelum singgasana sadar melahirkan kerusakan.
AL, 25/8/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar