Rabu, 25 Maret 2020

'Nomad II'

Nomad tak bersangka, Ia tak memijak fatamorgana... Ia tak menghirau kira, Ia hanya berjalan dari satu pijak ke pijak lainnya, sekedar mencari makna, penghidupan nyata

Nomad tak berlalu begitu saja, menawar takdir dalam lingkar inginnya, Ia tak menghirau waktu... akhir hayat bukan urusannya

Ia menaruh akal, menaruh percaya di batang kreteknya, di hisap tembakaunya, di secangkir kopi, di umpatan bersenggama pada kayu-kayu, batu-batu serta ranting-ranting rimba

Hari-hari ialah penghayatan, dari nikmat dan lara... Ia mengingat segala, yang merasuk lewat paru-paru atau tempurung kepala, yang Ia hirup dari asap-asap karsinogenik dan delusi tanpa sebab

Nomad ialah cinta... dan kasih tanpa terkira... Nomad membaiat setia, kepada jalan hidup dan jalan-jalan rusak dari setiap langkah setapak anjangsana

Nomad beristri alam raya, perjaka yang mengkultus dirinya hina... Ia tak pernah mendabik suci atau menaruh telapaknya pada riuh gegap gempita

Nomad berangsur matipun tak ada yang bertanya... ialah kematian yang tak pernah berdusta, jiwa ialah jiwa dan raga nampak ilusi, ia bertelanjang tanpa arah, dan terpisah... mimpi distopia dari sela akal, kini berubah semburat cahaya

Nomad bercerita... Ia beranjak pulang, mendagi makna kala selesai urusan fana
Nomad pudar raga, nomad kini tulang belulang, pergi menghilang... memilin bersama jerebu, dimakam semesta sebagai liang
Dihantar miliar bintang.

AL, 2/6/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan