Senin, 23 Maret 2020

'Lendir Bersahut-Sahutan'

Berkicau unggas-unggas engas
Beradu mulut, bertikai paruh
Patah, dan berdarah..
Darah nyata, maupun darah dusta
Mozaik suci dilindas ular derik
Ular kobra, ular-ular licik mengadu domba

Yang suci dimaki, ditawan hakim-hakim abadi
Saling suci, saling akuisisi
Pedang diangkat tinggi, terjang disambut mati
Lendir bersahut-sahutan
Sembunyi lawan, busungkan dada bak jadi kawan

Tameng-tameng konflik ditata, akar jutaan nyawa hilang raga
Di padang dengan atap segala norma dunia
Tiga pasak yang dijunjung percaya
Kelabu yang coba jadi durjana
Coba usik biru langitnya, liur berbisa menetes di tanahnya

Lendir bersahut-sahutan, lendir para terhina
Lendir unggas-unggas tempat sampah
Pijakannya di kotoran, paruhnya penuh luka
Datang tanpa henti, cipta perkara, urus sarangnya

Unggas-unggas enyahlah jangan berpura-pura
Beribu duka cukup gambarkan singgasana
Singgasana semu, nafsu berujung kelabu
Ambisi palsu, dekatkan akhir waktu

Dunia runyam dilanda kalut
Parit-parit darah tak kunjung surut
Entaslah entas luka, kembalilah raya
Paruh unggas licik janganlah mematuk tanahnya
Kembalilah pada hakikat kodrat
Unggas-unggas mudharat lekaslah tamat

Tanah beribu bahagia..
Tanah beribu duka..
Tanah polemik, tanah konflik
Tanah terjanji, tanah berjuta arti

Jerusalem.. Jerusalem hari ini
Jerusalem.. Jerusalem mungkin nanti.

AL, 24/12/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan