'Kerana Sengsara Memangkuku'
Hendaknya bias adalah sisi-sisiku...
Menyimpang dalam persepsi dan harapan terkadang sendu
Dendangkan saja takdir, dendangkan...
Kerana sengsara t'lah lebih dulu memangkuku
....
Bila aku lelah dan mengantuk karena irisan luka masih saja basah, biarkan aku bersikap seperti tak terjadi apa-apa
Karena dunia di antaraku adalah ini itu, terlalu banyak mau
Aku memarkir diri saja sebentar Pak, Bu...
Takkan pernah cukup bila sekedar menakar kain saku
Kerana sengsara lebih dulu memangkuku
Hendaknya jelaga padepokan adalah taman-taman pengujian
Aku tak dilahirkan sebagai perhiasan, atau putra mahkota kerajaan
Bilamana itu terjadi akupun tak mengerti, karena hidup adalah teras keadaan
Dan bila aku mati nanti Pak, Bu...
Sebut aku manusia beruntung, karena merasa hidup yang hidup
Sebagai mahluk yang berusaha cukup
Sebagai yang tak memperjudi untung
Sebagai dewasa yang tak memperelok agung
Karena jika dewasa adalah beranjak menjadi hina
Maka aku tak ingin hidup sekalian saja
.....
Ambil saja hikmahku, karena itu yang aku suguh sebagai kismis tetamu
.....
Kerana sengsara memangkuku
Bukanlah itu sebagai keluh
Bukanlah itu sebagai musuh
Namun sebagai alasan, bahwa jatuhnya tujuan memang terkadang lahir dari keadaan, lahir dari Russian Roullete Yang Maha menciptakan
Namun ada pula buah pemikiran...
Yang saban waktu dilupakan, dan diiyakan sebagai barang tersia-siakan
Ialah pengubah, penggubah kekurangan
Kerana sengsara memangkuku
Aku mencoba tetap berulah sebagai manusia berpola, berkerangka dan menjadi pondasinya kulit kacang
Aku pangku pikulan, sebagai pribadi hidup yang senantiasa hidup
Sebagai manusia yang berkehidupan, sebagai kehidupan yang berkemanusiaan
...
Seiring tenggelamnya fajar...
Maka biarkan aku berjalan...
Karena lain depan akan ada lain pangkuan
...
Kematian.
AL, 13/1/2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar