Senin, 23 Maret 2020

'I: 18 Brumaire'

Jejak tapak kaki di tanah semakin menjadi
Hirau curamnya tandakan celaka
Bagai naluri tak bertuan insan
Pelana kuda sekedar alas telapak tangan

Bekas tapal kudanya dalam membekas
Retak kering diterjang panas
Perduli apa Ia pada langit nan luas
Lantas kembali dia rampas wajah tertindas

Citanya memang ungkap empedu
Berkarat kerak memang sejak dahulu
Moyangnya haru dijajah pilu
Asanya congkel semua ragu

Untuk kembali dan tuntut durjana
Durjana yang julurkan lidah hisap semua

Drakula-drakula di gorong-gorong kota
Perisai kayu di leher sang kuda
Berzirah gerilya entaskan semua
Sesampainya puncak segala euforia

Tapal ini menjadi saksi
Walau akhirnya tertiup badai
Namun nafasnya berpadu bersama angin
Membisikan jiwa-jiwa dalam pendar lilin

Rasalah.. sejuknya pemberontakan
Nikmatilah hangat mentari di ujung mata kaki
Nikmati sampai di ujung ubun terpayung awan
Dengan tangisan melawan..
Menantang tabir elegi..
Meski guntur tampak enggan 'tuk pergi

Di bawah tapal ini dia bersaksi
Di bawah tapal ini dia semakin menjadi
Di bawah tapal ini lahir pengubah jati diri
Di pelana kuda dia terus berlari tak sudi berhenti.

AL, 29/10/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan