'17.4'
Kini tepat waktunya... aku rasa...
Kala bramacorah bertarung memenangkan rupa...
Kau pikir apa?
Mereka berdiri dalam kadar yang sama...
Mengincar astana...
Sementara akar-akar dipaksa mengering
Sebab berebut humus... di tanah yang kadung diharga murah, dikurung murka amarah..
Ssssttt... bajingan sedang bicara...
Menyampaikan doktrin dan propaganda...
Sementara prajurit tanpa celana masih bertanya-tanya...
Sebab malunya sudah ditanggung bersama...
Senjata pikir, dirancang sedemikian rupa...
Adu domba jadi epidemi...
Devide et impera hanya sebagian wabah...
Mereka semua rela mati...
Menjadi parasit tanpa wajah...
Mengapa aku bertanya?
Seharusnya itu tak perlu...
Aku lahir di tanah bekas fasis
Yang ditumbuhi mesiu peluru...
Kini aku diam...
"Sssttt... mereka akan mendatangimu
Sebab kamu berpikiran seperti itu"
Mereka mendatangimu di layar televisi, di organisasi, di diskusi-diskusi, di ajang temu, di lapakan buku...
Persetan kataku...
Sebab orang-orang sudah kadung kerasukan...
Setan-setan bahkan menyerah sebab selalu dituduh...
Kini diam...
Sssttt.. mereka mendengarmu...
Dari arah pukul tujuh...
Mereka memaksamu gaduh...
Kemudian selalu hadir alasan untuk membunuh...
Hormatku pada setiap omong kosong...
Dan mulut tempolong...
Yang rela disokong...
Menjadi tumbal bohong
....para elit grandong.
Sobat...
Kala kau melihat lingkaran setan berisi malaikat-malaikatmu...
Maka ku sampaikan padamu bahwa lebih baik bagimu untuk tak pernah tahu..
Sobat...
Hari nanti, kau tak akan memilih dengan hati
Beruntung jika tak mati, kau pilih dengan darah dari arteri.
AL, 12/4/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar