Selasa, 04 Februari 2020

'...nostrum'

Dekapan menjelajah sekujur rupa, pergi saban sakitnya ujung kaki hingga ujung kepala
Rasa tanpa rasa... mengakuisisi akal terbang berdiaspora
Mencakup khayangan tanpa bola mata; nir netra
Berputar dalam bayang... ejakulasi imaji menafsir langkah pikir, hilang diri lekas menjauhi elegi
Aku menenggak dan menghirup dalam-dalam
Supaya tiada suram

Di langit-langit aku tenggelam...
Menghamba kepada alam endemiknya atma, duduk bersila saling menyapa
Beranjangsana, bercengkerama dengan seteguk ayahuasca di meja-meja para Batara
Batara yang berupa aku, di lain roman mestika, yang ramah berdialektika

Pamit, kemudian aku suguhkan dahulu tentang banyak tanya...
...dan mereka menjawab;
"Perihalnya garis langit dan seisi jiwa, yang tak pernah engkau ketahui sebelumnya, sebab terlalu lama engkau terkekang nyata, yang sekedar ladang pengingkaran semata, dan kebodohan yang dipermainkan kata; medan egosentris pula gala agenda"
....
Maka ku berjanji, tanam dalam sanubari
Untuk bertandang lain masa
Setiap ruh ialah tabib sukma

Lembah alam bawah sadar
Gelanggang memamah ajar
Tanpa kelakar... hanya rima-rima asasi makna dan gelayut ereksinya yang mengakar di arteri-arteri cerita
Menginvasi algoritma denyut jantung dan hidup yang semenjana
Miliaran metafora, dan metamorfosa, supaya membentuk pribadi semestinya
Termenung sejadi-jadinya
Epilog hipnosis perlambang batin
Merengkuh warna-warna semesta
Mendekap setiap maya

Temui padu, rumus-rumus ambigu... pula enigma tabu, pula tatanan pandu, tataran ragu biar lekas sembuh... berjejal dalam pelataran palung kalbu, padepokannya segala euforia, candradimukanya sendu
...
Memijak titah laku dan lelakon...
Membaca balada dari palung hulu
Nostrum ialah renungan padu, ialah penghayatan, inokulasi tertuju.

AL, 18/7/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan