Minggu, 29 Oktober 2017

'III: Hasta La Vista, Fulgencio'

Pasung Batista, di tanah surga
La Havana saksi kisruh mata, api dan manusia
Kecamuknya menujam netra
Tentang murka binarnya mahkota singgasana
Dan lekatnya darah Moncáda..
Semilir kenang tentang mereka yang mati dalam perang
Martir-martir dalam puing gerilya remang
Tambah derita diberondong timah Granmai
Dari Sierra Maestra menuju hilir kota..
Hunus pribumi dan pencerutu Argentina

Maka tuntas jalan sudahi cerita
Bidak-bidak menaiki kepala raja
Jendela dilubangi timah
Tonggak-tonggak tirani perlahan patah
Di bakar angkara murka jelata lemah

Revolusimu.. gerilyamu..
Nadi bergelut dengan tajam ujung waktu
Dan panasnya ujung peluru
Berpadu beradu ribuan pandu

Larilah! Larilah menuju terusan itu..
Gentar jiwa tak sanggup mendulang senja
Fulgencio menggerutu
Kasta tak lagi punya makna
Revolusi benderang adanya
Di tanah bernamakan surga
Santiago de Cuba.. Sierra Maestra.. Havana..
Hasta La Vista.. Batista.

AL, 29/10/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Test Iklan