Pasung Batista, di tanah surga
La Havana saksi kisruh mata, api dan manusia
Kecamuknya menujam netra
Tentang murka binarnya mahkota singgasana
Dan lekatnya darah Moncáda..
Semilir kenang tentang mereka yang mati dalam perang
Martir-martir dalam puing gerilya remang
Tambah derita diberondong timah Granmai
Dari Sierra Maestra menuju hilir kota..
Hunus pribumi dan pencerutu Argentina
Maka tuntas jalan sudahi cerita
Bidak-bidak menaiki kepala raja
Jendela dilubangi timah
Tonggak-tonggak tirani perlahan patah
Di bakar angkara murka jelata lemah
Revolusimu.. gerilyamu..
Nadi bergelut dengan tajam ujung waktu
Dan panasnya ujung peluru
Berpadu beradu ribuan pandu
Larilah! Larilah menuju terusan itu..
Gentar jiwa tak sanggup mendulang senja
Fulgencio menggerutu
Kasta tak lagi punya makna
Revolusi benderang adanya
Di tanah bernamakan surga
Santiago de Cuba.. Sierra Maestra.. Havana..
Hasta La Vista.. Batista.
AL, 29/10/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar