Hiruk pikuk punggung membungkuk
Macet parah di lampu merah
Bau sampah busuk kian menusuk
Hati siapa yang tak penuh amarah
Genjreng pengamen seberang jalan
Pengemis seret kaki mengais recehan
Dalam hati masih bertanya
Tentang negeri yang terlihat masih menderita
Dari dalam mobil putih masih kredit
Lihat sekeliling yang terasa menjerit
Tunawisma di halte sore hari
Preman-preman kota bermata belati
Gedung tinggi seraya menari
Tunjukan betapa megah kota malam ini
Bintang lima telah terlewati
Halaman penuh debu kupandangi
Gubug-gubug reyot di bantaran kali
Terasa sadar semakin sadar diri
Ironi di tanah sendiri.
AL, 27/9/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar